SELAMAT DATANG !

welcome - Добро пожаловать - bien venue - welkom - Сардэчна запрашаем - i mirëpritur - مرحبا بكم - ongi etorri - Բարի գալուստ - xoş - Добре дошли - vítejte - velkommen - स्वागत - benvenuti - 환영 - benvinguda - willkommen - maligayang pagdating - καλωσόρισμα - SUGENG RAWUH

Puisi

Rasa [1]

dan aku tertipu
akan rimbun bayangmu
lewat bulir jejakmu
dengan ukiran senyummu

dan aku terpana
akan hampa parasmu
lewat sendu katamu
dengan bisik hadirmu

dan aku terdiam
akan diamnya hatimu
lewat bekunya matamu
dengan rancunya rasamu 

Rasa [2]

rindu itu adalah rasa marah karena tak kunjung bersua
rindu itu adalah rasa sesal karena membiarkannya pergi
rindu itu adalah rasa takut karena tak ingin kehilangannya
rindu itu adalah rasa dendam karena waktu dan jarak yang tega memisahkan

rindu itu adalah rasa cinta tanpa karena

Lili Kuning dan Lili Putih [2]


Aku rindu saat aku bersama mereka. Tak peduli aku hanya menonton kebersamaan mereka, yang jelas aku menginginkan saat-saat itu kembali. Kehangatan dan getar listrik lembut di antara mereka menempatku pada frekuensi menenangkan yang menyenangkan.
Aku rindu pertunjukan gratis dari mereka. Wajah bosan tapi senangku saat mereka, lagi-lagi, menyanyikan lagunya Afghan entah yang mana. Telingaku sudah terlalu terbiasa mendengar suara mereka menyatu di balik denting gitar.
Aku rindu panggilan di tengah malam itu. Rindu sesi curhat kecil yang menggantung di udara. Atau saat-saat dimana penggalan cerita hari itu berakhir di message facebook. Juga rindu pada sms-sms mereka –yang tentunya tak pernah mampu kubalas.
Aku rindu bahu yang terguncang karena menahan tawa di tengah-tengah mereka. Geli yang ada saat lagi-lagi mereka me-request lagunya Dee, atau lagu kesukaan mereka yang lain, di karaoke. Dan saat aku dengan tak tahu malunya menyanyi melolong-lolong tanpa peduli mereka berdua memegang telinga menahan sakit.
Aku rindu gerimis yang hadir saat aku berjalan-jalan sore bersama mereka. Celoteh riang yang menyembul di balik menguningnya rumpun padi di sawah. Dan teriakan-teriakan mereka saat aku mengayuh sepeda terlalu cepat –atau terlalu lambat hingga tertinggal jauh di belakang.
Aku rindu kunjungan mendadak dari mereka. Hangat yang muncul saat sesi berbagi ilmu. Panik yang ada saat di rumah tak ada seremah kecil roti untuk kubagi –yang berujung pada riuhnya suara mereka bereksperimen di dapur, entah spaghetti yang berkuah karena kebanyakan air ataupun saus bologna bakso yang terasa lucu.
Aku rindu kiriman bunga dari dan untuk mereka. Cerita-cerita lucu yang terselip di balik rontoknya benang sari lili mereka, mekarnya kelopak mawar holland mereka, wangi sedap malam mereka, juga kelopak-kelopak kisah mereka.
Aku rindu gejolak semangat yang muncul karena mereka. Keterkejutan yang muncul lewat cara-cara ekstrim mereka menghubungkanku dengan pujaan di seberang sana. Juga ungkapan semangat dari mereka yang membanjiriku saat aku terpuruk dalam keputus asaan.
Dan akhirnya, aku benci aku harus mengatakan ini, aku rindu jalinan di antara mereka, di antara aku dan mereka –yang terlihat maupun yang tak terlihat. Aku rindu semua yang ada padaku dan juga semua yang ada pada mereka, kedewasaan dan kechildishan yang menyatu dalam keabstrakan

Entah kapan lagi, aku menemukan orang-orang, atau kalau boleh kubilang, pasangan, semenyenangkan mereka di kemudian hari..

Lili Kuning dan Lili Putih [1]


Aku suka saat aku bersama mereka. Orang lain mungkin melihat aku sekadar menjadi obat nyamuk. Ah. Tapi mereka tidak pernah menganggapku sebagai obat nyamuk. Mereka membuatku merasa bahwa kehadiranku begitu berarti bagi mereka.
Aku suka saat aku mendengar suara mereka berduet. Jari-jari lincah yang menari di atas gitar dan suara yang merdu. Hebat deh. Kalau orang lain masih bilang aku terlihat seperti obat nyamuk, kenapa aku bisa menikmati suguhan kafe bintang lima begini? Ahaha.
Aku suka saat aku menerima telepon atau sms dari mereka. Entah itu untuk mengajakku pergi, untuk datang ke rumahku, atau untuk sekedar sesi curhat kecil. Mereka melibatkanku, menempatkan aku, mengistimewakan aku.
Aku suka saat aku tertawa bersama mereka. Gelak yang ada saat aku mencoba meracuni mereka dengan lagu favoritku –yang tidak pernah berhasil tentunya. Justru dari mereka aku keranjingan lagu Adelaide Sky-nya Aditya Sofyan. Mereka, yang bangga bisa membuatku keracunan lagu yang mereka sukai, kembali mencoba memaksaku memfavoritkan lagu If You’re Not The One-nya Daniel Bedingfield, meskipun tanpa dipaksa lagu itu sudah masuk ke dalam playlistku. Ehehe.
Aku suka saat aku berlari mengejar mimpi bersama mereka. Membelah udara di lembayung sore. Berteriak-teriak lucu di antara lumpur-lumpur sawah. Menuruni kelokan jalan di atas sepeda yang oleng.
Aku suka kunjungan mendadak mereka berdua ke rumahku. Belajar sambil bermain. Atau bermain sambil belajar? Ah. Apapun itu, semuanya terasa dua kali lebih menyenangkan saat bersama mereka. Dan spaghetti konyol yang dibuat bersama itu, fufufu, membuatku tertawa sampai sakit perut.
Aku suka saat akhirnya aku berhasil menularkan sesuatu pada mereka. Bunga! Aku senang sekali saat mereka mulai berkata-kata dengan bunga. Mungkin kalau bukan aku yang memulai, tak akan ada wangi bunga atau semerbak kelopak lugu di antara mereka.
Dan, yang terakhir tapi bukan yang paling akhir, aku suka saat mereka menyemangatiku. Memperhatikan naik-turun garis semangatku. Berusaha membangun atmosfer juang untukku, baik untuk mengejar cita maupun cinta. Aku masih ingat saat-saat menulis mimpiku bersama mereka. Juga saat mereka berusaha memberikanku segala info, segala jalan untuk menelusuri jejak-jejak si pujaan hati. Uh, entah berapa kali aku menangis karena kebaikan mereka berdua.